Pesawat Tempur Tanpa Awak Inggris Berharga Rp 19 T
Reviewed by ___ HANIF SRAGEN ___
on
10.11
Rating: 5
Pesawat Tempur Tanpa Awak Inggris Berharga Rp 19 T
London-Departemen Pertahanan Inggris memamerkan prototipe Taranis, pesawat tempur tanpa awak terbaru, setelah dirancang selama tiga juta jam kerja.
Taranis yang diambil dari nama nama Dewa Petir Celtic adalah sebuah konsep yang dirancang sebagai pesawat temput berdaya jelajah jauh.
Menteri Pertahanan Inggris Gerlad Howarth mengatakan pesawat seharga £142 juta atau sekitar Rp 1,9 triliun per unit ini merupakan desain dan teknologi terbaik Inggris.
Menurut jadwal, Taranis akan melakukan uji terbang pada awal tahun 2011.
Taranis adalah langkah awal pengembangan pesawat tempur tanpa awak yang mampu menyerang jauh ke dalam jantung pertahanan lawan.
Sebenarnya pesawat tempur tanpa awak seperti ini sudah pernah digunakan seperti MQ-1 Predator yang dipersenjatai misil Hellfire. Namun, kelemahannya pesawat MQ-1 ini hanya bisa digunakan ketika wilayah udara sudah berhasil dikuasai.
Kelebihan Taranis adalah pesawat ini nyaris tak terdeteksi radar, dirancang untuk melaju dalam kecepatan jet serta mampu menjelajahi jarak yang cukup jauh.
Pesawat ini juga dirancang untuk mengumpulkan data intelijen, melakukan pengawasan dan pengintaian di wilayah musuh dengan menggunakan sensor yang ada di dalamnya.
Taranis juga dirancang mampu membawa persenjataan termasuk bom dan misil. Sehingga pesawat ini memiliki daya serang yang sangat mumpuni. Hebatnya lagi, Taranis bisa dikendalikan dari manapun dengan menggunakan komunikasi satelit.
Manusia masih diperlukan
Taranis, pesawat tempur tanpa awal yang dikembangkan Inggris
Isu soal menghilangkan peran pilot dari sebuah pesawat terbang telah menjadi isu kontroversial sejak lama. Kontorversi ini semakin hangat setelah pesawat tanpa awak pertama mulai digunakan secara aktif.
Secara umum sudah diakui bahwa titik paling rentan dalam sebuah pesawat terbang adalah sang pilot. Sementara sebuah pesawat terbang dirancang untuk mampu menahan tekanan gravitasi paling besar, daya tahan pilot paling maksimal dengan menggunakan pakaian pelindung daya gravitasi adalah G-8 atau G-9. Di atas angka itu maka mereka akan kehilangan kesadaran.
Selain itu, misil anti pesawat terbang memang dirancang untuk meledak di dekat kokpit yang menghasilkan pecahan logam dengan kecepatan tinggi yang bisa mengakibatkan luka bahkan kematian bagi sang pilot.
Editor Majalah Pertahanan Mingguan Jane’s Defence Weekly, Peter Felstead, kepada BBC News mengatakan pengembangan pesawat tempur tanpa awak sudah dilakukan sejak pesawat tempur digunakan pertama kali dalam Perang Dunia I.
“Awalnya pesawat tanpa awak ini digunakan untuk misi pengintaian. Kemudian pesawat-pesawat ini dilengkapi persenjataan untuk menjatuhkan bom dan menyerang sasaran di darat sekaligus menjadi alat pertempuran udara,” papar Felstead.
Namun, Felstead menekankan keberadaan pilot tetap diperlukan terutama dalam pertempuran udara dan kasus-kasus tertentu.
“Misalnya sebuah pesawat terbang dibajak, tetap dibutuhkan penilaian manusia untuk mengevaluasi apa yang terjadi di dalam pesawat yang dibajak itu, apa yang bisa dilihat melalui jendela dan lain-lain. Semuanya itu, hingga saat ini tidak bisa dilakukan melalui kendali jarak jauh,” tandas Felstead.
Departemen Pertahanan Inggris juga memastikan bahwa semua pesawat tempur tanpa awak ini selalu di bawah kendali manusia.
“Jika pesawat-pesawat ini sudah beroperasi, maka semuanya akan berada di bawah pengawasan para anggota militer terlatih di darat,” kata sebuah pernyatan resmi Departemen Pertahanan Inggris.bbc/sun